Kita tentu tidak asing dengan Umar bin Khoththob salah satu dari empat kholifah ternama masa sepeninggal RosuulullooH SAW. Umar pun terkenal dengan ketegasan dan kelembutan hatinya. Bahkan RosuulullooH SAW bersabda, “Seandainya ada nabi sesudahku maka ia adalah Umar bin Khoththob”. (H.R Tirmidzi dan Ahmad)
Dikisahkan pernah suatu ketika RosuulullooH SAW mendapati Umar bin Khoththob sedang menangis kemudian tertawa hampir bersamaan. Ketika ditanya apa gerangan yang menyebabkannya demikian, Umar bin Khoththob menjelaskan bahwa ia teringat keadaan dirinya di masa jahiliyah dulu. Kenapa ia menangis, ia teringat ketika masa jahiliyah ia mengubur anak perempuannya hidup-hidup.
Terbayang olehnya seandainya saja anak perempuannya masih hidup. Ia akan bisa bersama mereka. Dan akan mendapatkan cucu yang banyak dari mereka.
Lantas yang membuatnya tertawa adalah ketika di masa jahiliyah ia terbiasa membuat patung-patung berhala. Terkadang ia membuatnya dari gandum dan manisan.
Akan tetapi ketika ia dilanda lapar atau musim paceklik. Maka ia terpaksa mengambil bagian-bagian patung berhala tersebut kemudian memakannya. Mendengar hal tersebut RosuulullooH SAW pun turut tertawa.
Dari kisah ini kita bisa mengambil pelajaran yang sangat berharga. Masa jahiliyah dikenal juga dengan masa kegelapan atau kebodohan. Dimana akal dan hati nurani tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Sebut saja dua hal yang membuat Umar bin Khoththob menangis dan tertawa ketika mengingatnya.
Pada masa jahiliyah perempuan tidak mempunyai harga sama sekali. Bahkan memiliki anak perempuan adalah aib yang besar. Karena dianggap tidak berguna, tidak bisa berperang dan tidak bisa mewariskan kejayaan serta kemuliaan. Bahkan perempuan dianggap sesuatu yang bisa diwariskan. Tak ubahnya seperti barang atau benda mati belaka.
Mengubur anak perempuan hidup-hidup adalah tipe orang dengan akal jahiliyah yang tidak mempunyai hati nurani. Sedangkan membuat tuhan yang bisa dibuat dan dimakan bahkan bisa dihancurkan sama halnya dengan kebodohan yang tidak ada ujung pangkalnya.
Setelah Umar bin Khoththob memeluk Islam dan menjadi sahabat RosuulullooH SAW. Ia menyadari akan kebodohan tersebut. Segala puji bagi AllooH SWT, Dzat Yang Maha Esa lagi Maha Agung. Dengan syariat-Nya yang dibawa melalui tangan nabi Muhammad SAW, telah mengeluarkan umat manusia dari kebodohan dan ke-primitif-an.
Penulis adalah mahasiswa Indonesia yang kini tengah menimba ilmu di Kairo, Mesir. (republika.co.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar! 1 komentar sangat berarti untuk kemajuan blog ini.